Minggu, 20 Mei 2018

KONSERVASI ARSITEKTUR

BANGUNAN MENARA BTN


Konservasi merupakan istilah yang menjadi payung bagi semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan internasional yang telah dirumuskan dalam Piagam Burra Tahun 1981. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Dengan 3 kata lain mempertahankan “sesuatu” dalam jangka waktu yang panjang sehingga nilai-nilai yang dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya.



Nama Bangunan Baru           : Bank Tabungan Negara Harmoni
Nama Bangunan Lama         : Postpaarbank
Alamat                                     : Jln Gajah Mada No. 1 Kel. Petojo Utara
Wilayah                                   : Kec. Gambir, Jakarta Pusat (Jakarta 10130)
Arsitektur                                : Gaya Nieuwe Kunst.
Arsitek                                     : Ir. J. van Gendt.
Pemilik                                    : PT. Bank Tabungan Negara


Dibangun pada tahun 1930, diatas bekas lokasi Pos Keamanan “Rijswijk”, sekarang dipergunakan sebagai Gedung Bank Tabungan Negara (BTN), kelompok gedung ini sebagian sudah dibongkar dan yang dipertahankan hanya bagian depannya, digunakan sebagai museum BTN. Bagian bangunan yang menjadi bangunan cagar budaya adalah gedung yang lama (Museum BTN).



Oleh karena itu, gedung bekas Postspaarbank yang berada di kawasan Harmoni tersebut kini menjadi gedung Bank Tabungan Negara (BTN). Karena, secara historis cikal bakal dari BTN dimulai dengan kehadiran Postspaarbank tersebut. Sedangkan, gedung menjulang yang baru yang berada di belakang bangunan lamanya dikenal dengan gedung Menara BTN.


Kompleks Menara BTN ini merupakan lahan tempat berdirinya benteng kecil yang dibangun oleh VOC pada tahun 1656. Benteng tersebut kemudian dibongkar pada tahun 1729. Pada tahun 1815, lahan bekas bongkaran benteng tersebut dibeli oleh Jan Tiedeman untuk didirikan rumah yang besar. Kemudian berpindah tangan menjadi milik Pieter Willem Helvetius van Riemsdijk pada tahun 1819. Pada tahun 1825, di atas lahan ini didirikan sebuah hotel yang diberi nama Hotel Marine. Setelah menjadi Hotel Marine, ternyata kepemilikannya masih kerap beralih tangan juga. Dari Pieter Christiaan Stelling (1833), Hendrik Loust (1853), Cornelis Kramers (1861), Eugene Achille Bonnet (1867) sampai dengan Europe Honore Girardeau (1870).

Setelah tahun 1890, Hotel Marine dirubah menjadi bangunan burgersocieteit (klub masyarakat umum) bernama De Club. Kemudian pada tahun 1920, bangunan tersebut dibongkar lagi dan didirikan sebuah toko serba ada yang bernama Eigen Hulp (winkelgebouw ‘Eigen Hulp’). Pada tahun 1952, ditetapkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 1953 yang isinya mencabut Postspaarbank Ordonantie tahun 1865. Selanjutnya nama Bank Tabungan Pos diganti menjadi Bank Tabungan Negara, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 tahun 1963.


Pemugaran Bangunan Cagar Budaya
Golongan A
1.     Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah
2.     Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
3.  Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada
4.  Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya
5.    Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama


Kesimpulan :
Jadi Bangunan Konservasi Arsitektur ini Gedung Menara BTN memasuki Golongan A yang berarti bangunan ini harus dijaga atau dipugar. Bangunan ini memang sudah ada pada jaman colonial Belanda namun harus tetap dilestarikan agar dapat mempertahankan nilai-nilai sejarah dan budaya sekaligus peradaban yang dibingkai oleh waktu, identitas bahan, teknologi, ilmu pengetahuan, dan dapat saja mengandung nilai estetika dan fungsional. Nilai-nilai tersebut sebaiknya dinyatakan setelah melalui penelitian yang mendalam oleh para ahli.

Saran             :
Bangunan Konservasi Arsitektur ini Gedung Menara BTN ini lebih baik dilakukan pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada

Sumber : 
https://www.tembi.net/2017/03/10/postspaarbank-anak-perusahaan-kantor-pos-nan-megah/



Rabu, 17 Januari 2018

KRITIK ARSITEKTUR 1

KRITIK ARSITEKTUR
DENGAN METODE DESKRIPTIF
MALL PONDOK INDAH


Definisi Kritik Deskriptif

          Krìtîk Deskrìptìf adalah kritik yang bersifat tidak meniIa, tidak menafsirkan, atau sernata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu Iingkungan tertentu. Dibanclirig metode kritík lain kritik deskriptif tampak



  

PONDOK INDAH MAL
Pondok Indah Mal atau lebih serlng disebut PIM adalah salah satu pusat perbelanjaan dan 
hiburan di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. PIM terletak di persilangan Jalan Metro 
Pondok lndah dan Jalan Haji Nawi. Mall Pondok Indah adalah salah satu mal pertama di Jakarta 
yang dibangun pada tahun 1991 dan pembangunannya juga menimbulkan tren pembangunan mal 
di bagian lain Jakarta. Karna letaknya yang cukup strategis, rata- rata dan pengunjung
Mal Pondok lndah adalah termasuk kedalam golongan orang-orang berpenghasilan menengah ke 
atas dan para ekspatriat yang tinggal di kawasan Pondok lndah dan sekitarnya. 
Pondok Indah Mall, berdiri melintang di tengah kawasan elit Pondok Indah. 
Pondok Indah terdiri dari dua bagian mall: PIM 1 dan PIM 2, dua bagian ini dihubungkan
oleh jembatan yang menyeberangi jalan arteri Pondok Indah.Banyak dan para pengunjung
yang menggunakan mal tersebut untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, teman-teman dan 
orang terdekat. Tempat yang nyaman, kelengkapan fasilitas yang cukup memadal, serta 
banyaknya pilihan tempat makan dan berbelanja yang di sajlkan menjadi beberapa alasan 
mengapa mal ¡ni cukup banyak didatangi oleh pengunjung.
Penampilan bangunan, baik dalam segi interior maupun eksterior selalu menghadirkan unsur 
keindahan. Adakalanya, kesan estetis itu muncul dari bentuk bangunannya namun ada juga 
ketertarikan itu dapat muncul dari tampak suatu bangunan. Keindahan suatu bangunan harus 
ditunjang dengan keberhasilan fungsi dan kekuatan strukturnya agar unsur-unsur arsitektur
dapat terpenuhi dengan baik dan keharmonisan dapat terwujud.
 
Di dalam arsitektur kita mengenal banyak sekali bentuk. Seperti kata Paul Jacues Grillo, salah 
satu Arsitek dari Prancis yang terkenal “ALL ARCHITECTURE IS MADE OF FORM” jika
diartikan kedalam bahasa Indonesia yaitu arsitektur diciptakan dari bentuk-bentuk. Dalam
kenyataannya kita melihat banyak sekali bangunan-bangunan yang dirancang dalam berbagai 
bentuk yang sederhana tetapi dapat terlihat menarik.

Bangunan Gedung Rektorat UI

GEDUNG REKTORAT UI 



KRITIK TIPIKAL


Bangunan Gedung Rektorat UI ini memiliki metode kritik tipikal. Karena bangunan tersebut memiliki tingkatan yang sama sehingga bangunan tersebut memiliki obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.
Definisi

            Kritik Tipikal (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan publik.


• Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian teoritikus dan sejarawan arsitektur karena desain menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada tipe yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).

• Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, fungsi (utility) dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah terstandarisasi dan terangkum dalam satu tipologi.

• Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in  Architecture’, New York: G. Braziller : Tipe pemecahan standar justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.

• March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipologis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectilinear, dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.
• Typical Criticsm diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisik.

Elemen Kritik Tipikal


Struktural (Struktur)

Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang sama.

• Jenis bahan

• Sistem struktur
• Sistem Utilitas dan sebagainya.
Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
• Kebutuhan pada ruang kelas
• Kebutuhan auditorium
• Kebutuhan ruang terbuka dsb.
Form (Bentuk)
• Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain.
• Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.


Latar Belakang Gedung Rektorat UI

Gedung rektorat universitas Indonesia dibangun pada tahun 1984-1987, hasil perancangan dari Prof. Gunawan. Gedung rektorat universitas Indonesia mempunyai 4 tiang utama sebagai penyangga atap dan bisa disebut dengan bangunan candi. Gedung rektorat ini mempunyai 4 bangunan pendamping berbentuk seperti pendopo yang direncanakan sebagai lembaga atau ruang pameran atau galeri. Berdasarkan ketentuan pemerintah setempat, batas bangunan pemerintahan pada waktu itu mencapai 8 lantai. Akses masuk terdapat pada pintu semi basement dan lantai dasar. Tinggi per lantainya 4,2 meter sehingga jika seluruh lantai dijumlahkan bisa mencapai 40 meter. Pada lantai teratas ditopang oleh atap yang berbentuk runcing yang mempunyai filosofi sebagai sentral list yang mempunyai arti sebagai bentuk analisis yang memusat dan memanjang. Untuk bagian memusat mengadopsi bentuk dari kerajaan-kerajaan yang terkenal di pulau Jawa. Untuk bagian memanjang merupakan bentuk bangunan fakultas dan bagian memusat merupakan pusat administrasi. Bangungan yang terdiri dari banyak lantai ini punya konsep desain serta gaya arsitektur yang menarik, meski punya susunan konstruksi yang agak rumit. Konstruksi maupun kerangka yang jumlahnya juga banyak ini bisa terlihat dengan jelas. Hal ini disebabkan karena dinding pada bangunan tidak berupa tembok dari batu bata, namun terdiri dari susunan kaca yang berfungsi sebagai jendela. Jendela kaca ini dipasang secara mendatar dan memenuhi semua dinding yang berada di setiap lantai atau tingkat bangunan. Penggunaan dinding yang hanya berupa jendela kaca ini tentu akan memberi efek yang sangat menguntungkan yaitu sistem pencahayaan alami bisa berjalan lebih maksimal sehingga dapat menghemat penggunaan energy listrik untuk memberi penerangan pada ruang yang berada di dalam. Selain itu sirkulasi udara juga berjalan dengan baik karena udara bisa keluar masuk ruang dengan lancar. Sedang keuntungan lainnya adalah dengan memakai dinding dari jendela kaca, maka biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat. Dibanding dengan dinding dari batu bata, tentu dinding kaca jauh lebih murah dan hemat. Yang cukup menarik dari arsitektur bangunan ini adalah pembagian ruang menjadi empat. Tapi bagian bawah dari ruangan ini disatukan dengan atap teritis yang berada dilantai paling bawah atau pertama dan lantai yang kedua. Sedang beberapa lantai lain yang ada di atasnya, atap teritis ini dibuat secara terpisah-pisah. Kemudian atap yang ada di bagian paling atas dari masing-masing ruang juga dibuat secara terpisah, menggunakan bentuk atap limas seperti yang sering diaplikasikan pada bangunan gaya joglo yang ada di daerah Jawa. Namun bagian puncak atap ini tidak berbentuk lancip, melainkan terpotong pada bagian atasnya dan membentuk bidang kotak yang datar. Hal lain yang menjadikan arstitektur bangunan ini terlihat makin unik tetapi tetap megah adalah terdapatnya atap lain yang ada di tengah dan menyatukan semua bangunan ruang yang berada dibawahnya. Sehingga bangunan ruang tersebut tetap tampil sebagai satu kesatuan yang utuh. Atap ini juga menggunakan bentuk limas, namun terlihat secara utuh tidak terpotong seperti atap limas yang ada dibawah. Bentuknya tetap lancip dan membentuk bidang segitiga pada masing-masing sisi. Ukuran atap ini cukup tinggi, menjadikan bentuk bangunan terlihat makin gagah dan menjulang tinggi. Di bagian bawahnya, juga terdapat dinding yang juga punya ukuran agak tinggi dan ditutup kaca dengan ukuran yang lebih besar. Dan pada bagian tengah dinding kaca inilah dipasang simbol atau logo Universitas Indonesia, menggunakan warna putih pada semua bagian. Meski hanya menggunakan satu warna saja, tapi tampilan logo ini tetap terlihat jelas karena punya ukuran yang cukup besar. Selain itu logo ini juga tidak terhalang oleh suatu element yang ada di depan. Semua atap yang diberi warna coklat juga memberi kesan yang sangat hangat dan mampu tampil sebagai warna utama bangunan atau point of colour. Dan yang tidak kalah penting, warna coklat ini bisa menghilangkan nuansa yang terlalu metropolis pada pemakaian dinding kaca pada semua bagian dinding. Pembagian zoning ruang pada gedung rektorat adalah sebagai berikut : 
  • Pada lantai umum  atau semi basement dipergunakan sebagai hall atau koridor untuk melayani mahasiswa.
  • Pada lantai dasar atau lantai 1 dipergunakan sebagai ruang kerja rektor.
  • Pada lantai 2 digunakan sebagai ruang administrasi mahasiswa.
  • Di lantai paling atas terdapat mushola dan mesin  lift 
Kesimpulan    :
Bangunan Gedung Rektorat UI ini memiliki kritik dengan metode tipikal merupakan menganalisis suatu bangunan dengan standar dari suatu tipe bangunan yang sudah ada, baik dari struktur, fungsi, maupun bentuknya. Studi tipe bangunan ini lebih didasarkan pada kualitas, fungsi, dan ekonomi lingkungan arsitektur yang telah distandarisasi dan terangkum dalam suatu tipologi.


Bangunan yang dianalisis adalah sebuah gedung perncakar langit yang memiliki konsep hemat energi. Bangunan pencakar langit pada zaman sekarang ini haruslah memikirkan konsep hemat energi dimana meminimalkan penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui dengan memanfaatkan alam disekitarnya seperti menggunakan energi angin dan sinar matahari.